kebudayaan minangkabau yang mulai di tinggalkan
Kebudayaan minangkabau yang mulai di
tinggalkan
I’m Sorry Goodbye, Minangkabau…
Mungkin tajuk di atas kedengaran seperti sebuah lagu (yang
dinyanyikan salah satu diva Indonesia,-red) bagi Anda. Tapi, ini adalah
kenyataan pahit yang harus ditelan oleh para leluhur Minangkabau. Lunturnya
adat dan budaya Minangkabau yang berasaskan “adat basandi syarak, syarak
basandi kitabullah” ini dapat dianggap sebagai suatu kemunduran besar.
Pepatah tinggallah pepatah, Minangkabau pun kini hanya palamak
carito. Berawal dari perkembangan industri pariwisata di bumi
Indonesia, khususnya ranah minang, memang memberikan suatu kontribusi yang
besar dan merupakan salah satu komoditi negara yang tidak akan habis dan bahkan
bisa dieksplorasi terus menerus. Hal ini sangat menggembirakan, terutama jika
kita melihat dari segi penghasilan dan pendapatan daerah. Tentunya perekonomian
bangsa menjadi lebih hidup.
Namun di sisi lain, kita sebagai penyelenggara wisata,
tidak sadar bahwa pariwisata juga perlahan-lahan mengikis adat dan budaya
kita, Minangkabau. Westernisasi yang disebut-sebut oleh para
budayawan bukan omong kosong belaka. Budaya asing ini berurat dan berakar dalam
kehidupan kita sehingga menggeser nilai-nilai budaya Minangkabau. Tidak
dapat kita pungkiri bahwa kemajuan dalam bidang teknologi pun seperti pedang
bermata dua. Dapat memberikan kemudahan-kemudahan sekaligus kemudharatan.
Sistem transportasi yang lengkap merupakan akses bagi manusia untuk berpindah
dari satu tempat ke tempat lain. Bermacam ragam tontonan pun disuguhkan baik
dari lokal, maupun mancanegara.
Dari melihat dan menonton ini muncul budaya meniru.
Hal ini pun turut berperan dalam pengikisan adat dan budaya Minangkabau. Para
generasi muda lebih cenderung bangga meniru budaya asing ketimbang melestarikan
keaslian adat dan budaya yang ada di ranah minang ini. Banyak sekali adat
dan budaya Minangkabau yang saat ini sudah mulai ditinggalkan. Generasi muda
mungkin mengenal adat dan budaya Minangkabau sebatas prosesi pernikahan belaka.
Prosesi pernikahan ala Minangkabaui saat ini pun banyak yang disederhanakan.
Perlahan-lahan kita lupa keaslian adat dan budaya ini.
Begitu juga dengan adat dan budaya keseharian leluhur Minangkabau dahulu, tidak
lagi menjadi perhatian dan tidak lagi diterapkan, bahkan mungkin kebanyakan
dilanggar. Melihat fenomena ini, tentunya kemajuan di berbagai aspek
kehidupan menjadi momok baru bagi kebudayaan Minangkabau.
Perubahan- perubahan yang tidak dapat dielakkan ini seyogyanya menjadi buah
pikiran bagi kita, generasi muda, untuk melestarikan keaslian
budaya Minangkabau. Setiap kita hendaknya dibekali dengan pengetahuan
dan rasa bangga terhadap budaya ini. Beranjak dari keingintahuan mengenai
budaya Minangkabau, akan muncul suatu kecintaan terhadapnya.http://iuukp.wordpress.com/2008/01/03/im-sorry-goodbye-minangkabau/
Mengapa kebudayaan minangkabau mulai
ditinggalkan, apakah ada pengaruh dari budaya luar?
Sebagai seorang pemuda Minang yang tinggal di padang, kita
dapat melihat dengan jelas bahwa semakin lunturnya implementasi budaya dan adat
Minangkabau dalam keseharian. Seperti penyakit, kondisi itu makin kronis.
Ini bukan sekedar cerita klise, namun semua kondisi memprihatinkan itu dapat dilihat dari sikap anak negeri yang cenderung menjunjung tinggi budaya-budaya luar atau asing. Akibatnya, budaya kita terabaikan. Namun kesalahan itu jangan semua ditumpahkan pada generasi mudanya dong. Dewasa ini, Banyak media cetak dan elektronik ikut menjadi pemicu degradasi adat dan budaya dengan menampilkan tontonan beracun yang merusak akhlak.
Ini bukan sekedar cerita klise, namun semua kondisi memprihatinkan itu dapat dilihat dari sikap anak negeri yang cenderung menjunjung tinggi budaya-budaya luar atau asing. Akibatnya, budaya kita terabaikan. Namun kesalahan itu jangan semua ditumpahkan pada generasi mudanya dong. Dewasa ini, Banyak media cetak dan elektronik ikut menjadi pemicu degradasi adat dan budaya dengan menampilkan tontonan beracun yang merusak akhlak.
Akibatnya lagi, segala macam seni budaya dan adat, khususnya
Minangkabau, lebih condong menikmati budaya luar tanpa memfilternya. Tidak
heran kalau budaya barat dianggap sebagai trend remaja masa kini, dan malu
mengakui kelokalan mereka.
Dampak lainnya juga terasa dalam hubungan kekerabatan, yaitu
peran para anak kemenakan, bundo kanduang dan tigo tungku sajarangan tidak lagi
sinergis. Peran tigo tungku sajarangan cuma tinggal nama dan peran mereka nol.
Dari sekian gempuran degradasi moral, generasi muda juga
perlu ada membentengi diri. Para remaja harus bersatu menggalang, mengajak dan
menggali nilai adat Minang. Jangan sampai lupa “asa jo usua”. Remaja pun harus
giat melakukan langsung kegiatan bersifat kebudayaan dan adat http://iuukp.wordpress.com/page/13/
Solusi yang ditawarkan kepada
masyarakat minangkabau agar kebudayaan minangkabau kembali bangkit dan menarik
untuk kalangan muda
Solusi dari saya adalah:
1. Buatlah
suatu kegiatan atau perlombaan yang bertemakan kebudayaan minangkabau sesering
mungkin agar semua remaja bisa belajar kebudayaan minang kabau itu seperti
apa,sehingga para remaja banyak yang tertarik munjunjung kebudayaannya.
2. Menceritakan
kebudayaan minangkabau yang unik dan bagus kepada remaja seperti permainan
tradisonalnya yang bagus dan asik.
3. Bangkitkan
kembali kebiasaan orang minangkabau kepada para remaja, contohnya para remaja
diajak lagi ke masjid,diberi tau adat istiadat yang ada di minangkabau dengan
cerita yang bisa membuat remaja tertarik.
Beberapa solusi yang dapat dijadikan cara untuk menghidupkan
kembali nilai-nilai ini adalah dengan membuka dan membaca kembali sejarah
nagari sendiri, bagaimana kita bisa cinta jika tidak kenal dengan tanah yang
sedang kita pijak. Mengajarkan ilmu budaya Minang secara menarik, mendalam,
serta dibahas secara filosofis agar diketahui nilai luhur yang ingin
disampaikan oleh sebuah tradisi kebudayaan.Namun yang paling penting dari itu
semua adalahsense of belonging terhadap adat Minangkabau itu
sendiri.Harus ada rasa mencintai nilai luhur budaya terlebih dahulu barulah
nilai-nilai itu dapat diterapkan secara apik di lingkungan modern ini. http://amry90.blogspot.com/2013/05/minangkabau-hanya-tinggal-kabau.html
Jangan sampai kita tergilas oleh zaman, Orang Jepang saja
yang modern, tetap eksis memakai pakaian kekaisarannya sebagai ciri khas budaya
mereka.Bahkan mereka bangga dengan budaya asli mereka sendiri.Mereka bukan
dikatakan kolot, namun kaya, budayanya masih utuh, pemikirannya tetap maju
mengikuti perkembanagn zaman, bahkan lebih modern dari zamannya.Begitu pulalah
hendaknya orang Minang.Dengan filsafatnya yang tinggi, mestinya kita tidak
tergilas oleh zaman, justru harus berbangga dengan nilai-nilai luhur yang
diwariskan olehthe founding father nagari Minang ini. http://amry90.blogspot.com/2013/05/minangkabau-hanya-tinggal-kabau.html
Komentar
Posting Komentar